INTERAKSI OBAT PADA SALURAN CERNA
AKADEMI
FARMASI AL-FATAH BENGKULU
FOMELA
ANDINI
NIM .
1250054
SEMESTER
III
2013
A.
PENDAHULUAN
Interaksi obat
adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi obat-obat)
atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain. Interaksi obat yang
signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakanbersama-sama.
Interaksi obat dan efek samping obat
perlu mendapat perhatian. Sebuah studi di Amerika menunjukkan bahwa setiap
tahun hampir 100.000 orang harus masuk rumah sakit atau harus tinggal di rumah
sakit lebih lama dari pada seharusnya, bahkan hingga terjadi kasus kematian
karena interaksi dan/atau efek samping obat. Pasien yang dirawat di rumah sakit
sering mendapat terapi dengan polifarmasi (6-10 macam obat) karena sebagai
subjek untuk lebih dari satu dokter, sehingga sangat mungkin terjadi interaksi
obat terutama yang dipengaruhi tingkat keparahan penyakit atau usia.
Interaksi
obat yang tidak diinginkan dapat dicegah bila kita mempunyai pengetahuan
farmakologi tentang obat-obat yang dikombinasikan. Tetapi haruslah diakui bahwa
pencegahan itu tidaklah semudah yang kita bayangkan, mengingat jumlah interaksi
yang mungkin terjadi pada orang penderita yang menerima pengobatan polypharmacy
cukup banyak
B.
PENGERTIAN
Saluran gantrointestinal (gastointestinal tractus), juga disebut
saluran digestik (digestive tract) adalah sebuah saluran berotot yang
memanjang mulai dari mulut sampa ke anus. Pada prinsipnya
fungsi utama sistem gastrointestinal (GI) adalah mensuplai nutrisi ke
sel-sel tubuh yang diperoleh melalui proses Ingestion yang terjadi pada
saat mulai intake makanan masuk kedalam mulut, Digestion dimana
peristiwa mencerna makanan dimulai dalam lambung dan usus halus dan Absorption yang terjadi
terutama dalam usus halus dan juga dalam usus besar. Proses eliminasi adalah
pengeluaran sisa-sisa hasil pencernaan.
Sistem GI
(Digestive System) terdiri dari saluran GI dan organ beserta kelenjar yang
terkati dengan pencernaan yaitu mulut, esofagus, lambung, usus halus, usus
besar, rektum dan anus. Sedangkan organ-organ yang berhubungan adalah hati,
pankreas, dan kandung empedu.
Interaksi
gastrointestinal adalah interaksi dua/lebih obat yang diberikan secara bersamaan
yang terjadi di dalam saluran pencernaan. Interaksi gastrointestinal umumnya
mempengaruhi proses absorpsi obat, sehingga dapat digolongkan dalam interaksi
absorpsi yang merupakan bagian dari interaksi farmakokenetik. Seperti halnya
interaksi obat lainnya, interaksi gastrointestinal juga ada yang
menguntungkan dan ada yang membahayakan.
Secara garis besar interaksi ini dapat
menjadi menjadi 2 golongan yaitu:
· Interaksi antara obat-obat
· Interaksi antara obat – makanan
Faktor
atau kerja terjainya interaksi obat dalam gastrointertinal
a.
Interaksi Langsung
Yaitu
interaksi secara fisiki / kimia antara obat dalam lumen saluran cerna sebelum
diabsorpsi,sehingga mengganggu proses absopsi.
b.
Perubahan Ph cairan saluran cerna
Perubahan Ph pada cairan saluran cerna
akan mempengaruhi kelaruan dan absopsi obat-obat yang bersifat asam atau
basa
Misalnya : Pemberian Natrium bikarbonat
bersamaan dengan aspirin akan meningkatkan disolusi aspirin,sehingga
absorpsinya juga meningkat. Tetapi akan mengurangi absorpsi dari tetrasiklin.
c. Perubahan waktu pengosongan lambung dan waktu transit dalam usus (motilitas
saluran cerna)
Umumnya
obat diabsorpsi di dalam usus, dimana absorpsi di usus jauh lebih cepat
dibandinkan di lambung. Oelh karena itu makin cepat obat sampai ke usus
makamakin cepat juga diabsorpsi. Obat-obat yang memperpendek waktu pengosongan
lambung akan mempercepat absorpsi obat lain yang diberikan secara bersamaan dan
begitu juga sebaliknya obat yang memperpanjang waktu pengosongan lambung akan
memperlambat absorpsi obat lain.
Contoh
: Metoklopramid yang akan mempercepat absorpsi parasetamol, diazepam dan
propanolo dan obat antikolinergik, antidepresi trisiklik, beberapa antihistamin
antacid gram Al dan analgetik narkotik akan memperlambat absorpsi obat lain.
d.
Perubahan Flora usus.
Secara normal flora usus berfungsi
sebagai sebagai:
· Sintensis vitamin k dan merupakan
sumber vitamin K yang penting
· Memecah sulfasalazim menjadi
bagian-bagian yang aktif
·
Sebagai metabolism obat (missal
levodova)
·
Hidrolsis ghukuronid yang dieksresi
melalui empedu sehingga terjadi sirkulasi enterohepatik yang memperpanjang
kerja obat (missal kontrasepsi oral)
Pemberian
antibiotic spectrum luas (seperti : tetrasiklin, kloranfenikol,
ampislin,sulfonamide)akan mempengaruhi flora usus sehingga menghambat sintesa
vitamin K oleh mikroorganisme usus.Apabila antibiotic ini diberikan bersama
antikoagulan oral maka efek antikoagulan akan meningkat dan dapat terjadi
pendarahan.
e.Efek toksik pada saluran cerna
Terapi
kronik dengan asam mefanamat, neomisin dan kolkisin menimbullkan sindrom
malabsorpsi yang menyebabkan absorpsi obat lain terganggu
f.Mekanisme tidak diketahui
Ada beberapa obat mengurangi jumlah
absorpsi obat lain dengan mekanisme yang tidak diketahui. Misal phenobarbital yang dapat mengurangi absopsi
griseofulvin dalam saluran cerna.
Interaksi antara obat dengan makanan
Interaski
obat dengan makanan masih belum banyak diketahui, seperti halnya dengan
interaksi antara obat dengan obat lain maka interaksi ini juga mempengaruhi
absopsi obat.
Interaksi antara obat-makanan ini dapat
terjadi karena beberapa hal:
1. Terjadinya perubahan Ph dalam
lambung, sehingga menyebabkan penundaan absorpsi obat.
2. Perubahan motilitas usus, missal
rifampisin dan isoniazida yang absorpsinya lebih kecil pada pemakaian setelah
makan dibandingkan jika obat tersebut diminum pada waktu lambung kosong.
3. Terjadinya reaksi kimia yang menbentuk kompleks sama seperti obat-obat yang
mengandung kation multivalent, tetrasiklin akan membentuk khelat dengan
makanan yang mengandung ion klasium, magnesium atau besi sehingga suasah
diabsorpsi.
4. Terjadinya pembentukan senyawa
N-nitroso (nitrosamine) yang disebut kanserogen. Ini terjadi pada zat makanan
yang mengandung nitrit (nitirit biasanya digunakan sebagai pengawet daging dan
sosis) dengan aminofenazon.
5. Kompetisi untuk mekanisme aktif, dimana
absopsi obat dapat dihambat secara kompetititf oleh zat makanan yang
bersangutan. Kompetisi ini terjadi pada obat obat yang merupakan analog dari
zat makanan, seperti levodopa, metildopa dan 6-merkaptopurin yang diabsorpsi
aktif melalui mekanisme yang sama dengan mekanisme yang sama dengan mekanisme
bahan makanan.
C.
PEMBAGIAN OBAT-OBATAN
Dibagi
menjadi 6 kelompok yaitu :
1. Antasida
Adalah
obat yang menetralkan asam lambung sehingga berguna untuk nyeri tukak peptik. Antasida dibagi menjadi 2
golongan yaitu :
a.
Antasida sistemik
Contohnya
: natrium bikarbonat
b. Antasida non
sistemik
Contohnya
: aluminium Hidroksida, Magnesium Hidroksida, Kalsium Karbonat, Magnesium
Trisilikat
2. Obat Penghambat Sekresi Asam Lambung
Obat
ini diindikasikan untuk tukak peptik karena dapat menghambat sekresi asam
lambung. Dapat dibagi dalam beberapa kelompok menurut mekanisme kerjanya, yaitu
:
a. H2-blockers
Contohnya
: simetidin, ranitidin, famitidin, roxatidin. Obat-obat ini menempati reseptor
histamin-H2 secara selektif dipermukaan sel-sel parietal, sehingga sekresi asam
lambung dan pepsin sangat dikurangi.
b. Penghambat
Pompa Proton (PPT)
Contohnya
: omeprazol, lansoprazol, pantoprazol, rabeprazol (pariet), esomeprazol
(nexium). Obat-obat ini mengurangi sekresi asam (yang normal dan dibuat) dengan
jalan menghambat emzim H+/K+-ATPase secara selektif dalam sel-sel tersebut.
c. Analogon
Prostaglandin-E1
Contohnya
: misoprostol (cytotec) menghambat secara langsung sel-sel parietal.
d. Zat-Zat
Pelindung Ulcus
Contohnya
: mucosaprotectiva, sukralfat, Al-hidroksida, dan bismut koloidal yang menutup
tukak dengan suatu lapisan pelindung terhadap serangan asam pepsin
e. Antibiotika
Contohnya
: amoksisislin, tetrasiklin, klaritromisin, metronidazol, dan tinidazol. Obat
ini digunakan dalam kombinasi sebagai triple atau quadruple therapy
untuk membasmi H.pylory dan untuk mencapai penyembuhan lengkap tukak
lambung/usus.
f.
Obat Penguat Motilitas
Contohnya
: metoklopramida, cisaprida, dan domperidon. Obat ini juga digunakan
prokinetika atau propulsiva dan berdaya antiemetik serta antagonis dopamin.
g.
Obat Penenang
Contohnya
: meprobamat, diazepam dan lain-lain.
h.
Obat Pembantu
Contohnya
: asam alginat, succus, dan dimethicon
3. Obat-Obat
Yang Meningkatkan Mukosa Lambung
Contohnya
: sulkralfat
4. Digestan
Adalah
obat yang membantu proses pencernaan. Obat ini bermanfaat pada defisiensi satu
atau lebih zat yang berfungsi mencerna makanan di saluran cerna. Contohnya :
enzim pankreas, dan empedu
5. Laksansia
Adalah
zat-zat yang menstimulasi gerakan peristaltik usus sebagai refleks dari
rangsangan langsung terhadap dinding usus dan dengan demikian menyebabkan atau
mempermudah buang air besar atau (defekasi) dan meredakan sembelit. Laksansia
dibagi berdasarkan atas farmakologi dan sifat kimiawinya yaitu :
a.
Laksansia Kontak
Contoh
: derivat-derivat antrakinon (Rhammus = Cascara sagrada, senna, rhei),
derivat-derivat difenilmetan (bisakodil, pikosulfat, fenolftalein), dan minyak
kastor. Zat-zat ini merangsang secara langsung dinding usus dengan akibat
peningkatanperistaltik dan pengeluaran isi usus dengan cepat.
b.
Laksansia Osmotik
Contohnya
: magnesium sulfat/sitrat dan natrium sulfat, gliserol, manitol, sorbitol,
laktulosa, dan laktitol. Senyawa-senyawa ini berkahasiat mencahar berdasarkan
lambat absorpsinya oleh usus, sehingga menarik air dari luar usus melalui
dinding ke dalam usus oleh proses osmosa.
c.
Zat-Zat Pembesar Volume
Contohnya
: zat-zat lendir (agar-agar, metilselulosa, dan CMC), dan zat-zat nabati
Psyllium, Gom Sterculia dan katul. Semua senyawa polisakarida ini sukar dipecah
dalam usus dan tidak diserap (dicernakan).
d.
Zat-Zat Pelicin dan Emollientia
Contohnya
: natrium docusinat, natriumlauril-sulfo-asetat, dan parafin cair. Kedua zat
pertama memiliki aktivitas permukaan (detergensia) dan mempermudah defekasi,
karena melunakkan tinja dengan jalan meningkatkan penetrasi air ke dalamnya.
Parafin melicinkan penerusan tinja dan bekerja sebagai bahan pelumas .
6. Antidiare
Adalah
obat yang digunakan untuk mencegah atau mengurangi terjadinya diare. Pembagian
obat antidiare adalah :
a.
Kemoterapeutika
Untuk
terapi kausal, yakni memberantas bakteri penyebab diare, seperti antibiotika,
sulfonamida, kinolon dan furazolidon.
b.
Obstipansia
Untuk terapi
simtomatis, yang dapat menghentikan diare dengan beberapa cara, yakni :
- Zat-zat penekan peristaltik
- Adstringensia, yang menciutkan selaput
lendir usus
- Adsorbensia
c.
Spasmolitika
Yakni
zat-zat yang dapat melepaskan kejang –kejang otot yang sering kali
mengakibatkan nyeri perut pada diare antara lain papaverin dan oksifenonium
7. Antiemetika
Adalah
zat-zat yang berkhasiat menekan rasa mual dan muntah. Berdasarkan mekanisme
kerjanya dapat dibedakan sebagai berikut :
a.
Antikolinergika
Contohnya
skopolamin dan antihistaminika (siklizin, meklizin, sinarizin, prometazin, dan
dimenhidrinat). Obat-obat ini efektif terhadap segala jenis muntah dan banyak
digunakan pada mabuk darat dan mual kehaminla (antihistaminika).
b.
Antagonis Dopamin
Zat-zat
ini hanya efektif pada mual yang diakibatkan oleh efek samping obat. Contoh
obatnya : propulsiva (prokinetika), derivat fenotiazin, derivat butirofenon.
c.
Antagonis Serotinin
Contohnya
: granisetron, ondansetron, dan tropisetron.
d.
Kortikosterioda
Contohnya
: deksametason ternyata efektif untuk muntah-muntah yang diakibatkan oleh
sitostatika.
e.
Benzodiazepin
Mempengaruhi
sistem kortikal/limbis dari otak dan tidak mengurangi frekuensi dan hebatnya
emesis melainkan memperbaiki sikap pasien terhadap peristiwa muntah.
f.
Kanabinoida
Contohnya
: marihuana, THC = Tetrahidricanabinol = dronabinol). Efektif pada dosis tinggi
sitostatika
D.
MEKANISME KERJA
1. Antasida
Antasida adalah obat yang menetralkan asam lambung sehingga berguna untuk
menghilangkan nyeri tukak peptik. Antasida tidak mengurangi volume HCL yang
dikeluarkan lambung, tetapi peninggian pH akan menurunkan aktivitas
pepsin. Umumnya antasida merupakan basa
lemah. Senyawa oksi alumunium sukar untuk meninggikan pH lambung lebi dari 4,
sedangkan basa yang lebih kuat seperti magnesium hidroksida secara teoritis
apat meninggikan pH sampai 9, tetapi kenyataannya tidak terjadi. Semua antasida
meningkatkan produksi HCL berdasarkan kenaikan pH yang meningkatkan aktivitas
gastrin.
Antasida dibagi kedalam dua golongan yaituantasida sistemik dan antaasida
non sistemik. Antasida sistemik misalnya natrium bikarbonat, diabsorbsi dalam
usus halus sehingga menyebabkan urin bersifat alkalis. Pada pasien dengan
kelainan ginjal, dapat terjadi alkalosis metabolik.kronik natrium bikarbonat
memudahkannefrotiliasis fosfat. Antaida non sistemik hampir tidak diabsorbsi
dalam usus sehingga tidak menimbulkan alkalosis metabolik. Contoh antasida non
sistemik ialah sediaan magnesium, aluminium dan kalsium.
2. Obat
penghambat sekresi asam lambung
Obat berikut ini diindikasi untuk tukak peptik karena dapat menghambat
sekresi asam lambung, yaitu antihistamin H2, antimuskarinik, penghambat proton
dan misoprostol
Penghambat pompa proton merupakan penghambat sekresi asam lambung lebih
kuar dari AH2. Obat ini bekerja di terakhir peoses asam lambung, lebih distal
dari AMP. Pada obat misoprostol, suatu analog metil ester prostaglandi E1. Obat
ini berefek menghambat sekresi HCL dan bersifat sitoprotektif untuk mencegah tukak
saluran cerna yang diinduksi obat-obat AINS. Obat ini menyembuhkan tukak
lambung dan duodenum, efeknya berbeda bermakna dibanding plasebo dan sebanding
dengan simetidin. Misoprostol menyembuhkan tukak duodenum yang telah refrakter
terhadap AH2.
3. Obat
yang mempertahankan mukosa lambung
Obat yang mempertahankan mukosa lambung contohnya sukralfat. Senyawa
alumunium sukrosa ini membentuk polimer mirip lem dalam suasana asam ddan
terikat pada jaringan nekrotik tukak secara selektif. Sukralfat hampir tidak diabsorbsi secara
sistemik. Obat yang bekerja ebagai sawar terhadap HCL dan pepsin ini terutama
efektif terhadap tukak duodenum. Kaarenaa suasana asam perlu untuk mengaktifkan
obat ini, pemberiaan bersama AH2 atau antasida menurunkan biovailabiitas.
4. Obat
penguat motilitas
Obat ini juga dinamakn prokinetika atau propulsiva dan berdaya antiemetik
serta antagonis dopamin. Gerakan peristaltik lambung dan usus duabelas jari
dihambat oleh neurotransmiter dopamin. Efek ini ditiadakan oleh antagonis-antagonis
tersebut dengan jalan menduduki reseptor DA yang banyak terdapat disaluran
cerna dan otak.
Penggunaan antiemetik tersebut pada gangguan lambung adalah kaarena
pengaruh memperkuat motilitas lambung yang diperkirakan terganggu. Dengan
demikian pengaliran kembali empedu dan enzim-enzim pencernaan dari duodenum
kejurusan lambung tercegah. Tukak tidak dirangsang lebih lanjut dan dapat
sembuh dengan lebih cepat.
5. Obat
penenang
Sudah lama diketahui bahwa stres emosional
membuat penyakit tukak lambung bertambah parah, sedangkan pada waktu serangan
akut biasanya timbul kegelisahan dan kecemasan pada penderita. Guna mengatasi hal-hal tersebut, penderita
sering kali diterapi dengan antasida disertai tambahan obat penenang seperti
B.
CONTOH OBAT DI PASARAN
1.
Lexapro®
Komposisi : Escitalopram
2. Protop®, Pumpitor®, Norsec®, Lambuzole®, Loklor®, Losec®, OMZ®, Prilos®,
Socid®, Contral®, Dudencer®, Opm®, Onic®, Promezol®, Stomacer®, Prohibit®,
Ulzol®, Zollocid®,
Zepral®, Lokev®, Meisec®,
Omevell®, Ozid®
Komposisi : Omeprazole
3.
Stesolid®, Valium®, Validex® dan
Valisanbe®
Komposisi: Diazepam
4.
Imodium®, Bidium ®, Diadium®, dan
Midix®
Komposisi : Loperamide
5. Aldin®, Anitid®, Chopintac®, Fordin ®, Gastridin®, Hexer®, Radin®,
Rancus®, Ranin®, Ranticid®, Rantin®, Ratinal®, Ranatac®, Tricker®,
Ulceranin®, Wiacid®, Xeradin®, Zantac®, Zantadin®, Zantifar®, Zumaran®
Komposisi : Ranitidin
DAFTAR PUSTAKA
Estuningtyas, A. Dan Arif, A. (2007).
Obat Lokal. Dalam buku: Farmakologi
dan Terapi. Edisi lima, Editor: Sulistia Gan Gunawan. Jakarta : Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal: 517-526.
Gapar, R.S.( 2003). Interaksi Obat Beta – Blocker dengan
Obat – Obat lain, jurnal penelitian, bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran,
Universitas Sumatera Utara. Medan.
ISFI.(2011). Informasi Spesialte Obat (ISO), Volume 26.
Nah, Y. K. (2007). Interaksi Obat yang
Penting di Klinik. Meditek, Vol. 15 No. 39, Januari-April 2007. Universitas
Kristen Krida Wacana. Jakarta Barat
Setiawati, A. (2007). Interaksi
Obat. Dalam buku: Farmakologi
dan Terapi. Edisi lima, Editor: Sulistia Gan Gunawan. Jakarta : Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal: 862-865.
Tan, H.T. (2002). Obat-Obat
Penting Edisi Kelima. Jakarta. PT.Elex Media Komputindo. Halaman 667-670
SEMOGA BERMANFAAT :)
like this coy (y)
BalasHapusterima kasih foo..
BalasHapussangat membantu saya dalam belajar..
like
BalasHapuslikee like likee ;)
BalasHapusLIKE..LIKE
BalasHapus